Salah satu perlindungan terbaik terhadap rabies adalah melalui vaksin rabies, yang berfungsi untuk mencegah infeksi mematikan akibat gigitan hewan terinfeksi. Rabies merupakan penyakit berbahaya yang menyerang sistem saraf pusat dan hampir selalu berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat. Namun sayangnya masih banyak orang yang belum memahami urgensi dan manfaat dari vaksin ini secara menyeluruh.
Apa Itu Rabies dan Bagaimana Penyebarannya?
Rabies adalah penyakit zoonosis, yang artinya dapat menular dari hewan ke manusia. Penularan utamanya terjadi melalui air liur hewan yang terinfeksi, umumnya lewat gigitan anjing, kucing, atau kelelawar. Setelah virus masuk ke tubuh, ia akan menyebar melalui sistem saraf dan akhirnya mencapai otak, menyebabkan gejala neurologis serius hingga kematian.
Karena itu, vaksinasi menjadi kunci pencegahan. Ada dua jenis vaksin yang biasa digunakan untuk penyakit ini, yaitu vaksin profilaksis (sebelum terpapar) dan vaksin pasca pajanan (setelah digigit hewan yang dicurigai rabies). Kedua vaksin ini sangat penting untuk mencegah risiko infeksi fatal.
Lalu, siapa saja yang disarankan mendapatkan vaksin ini? Simak Penjelasannya berikut ini.
Gejala Rabies yang Perlu Diwaspadai
Rabies memiliki gejala yang berkembang secara bertahap. Mengenalinya lebih awal sangat penting agar dapat segera mencari pertolongan medis. Gejala awal yang timbul biasanya seperti demam ringan, sakit kepala, kelelahan, dan rasa kesemutan atau nyeri di area bekas gigitan.
Seiring berjalannya waktu, gejala berkembang menjadi lebih serius seperti kecemasan dan kebingungan, halusinasi, hiperaktif atau agresif, serta kesulitan menelan (hidrofobia).
Namun, sangat di sayangkan setelah gejala klinis muncul, rabies hampir selalu berujung pada kematian. Oleh karena itu, pencegahan melalui vaksinasi adalah langkah paling bijak dan efektif.
Siapa Saja yang Membutuhkan Vaksin?
Karena rabies bersifat mematikan dan bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia, penting untuk Anda ketahui siapa yang berisiko lebih tinggi tertular penyakit ini. Dengan mengenali kelompok yang paling rentan, langkah pencegahan seperti vaksin rabies dapat dilakukan secara lebih tepat dan efisien.
Beberapa kelompok yang sangat dianjurkan menerima vaksin ini antara lain :
1. Dokter hewan, petugas laboratorium, dan peneliti hewan
Karena mereka sering berinteraksi langsung dengan hewan, termasuk hewan liar atau hewan yang belum diketahui status kesehatannya. Risiko terpapar air liur atau gigitan dari hewan pembawa rabies cukup tinggi, sehingga vaksinasi menjadi perlindungan wajib bagi profesi ini.
2. Wisatawan yang datang ke daerah endemis rabies
Para pelancong yang suka bepergian ke daerah dengan angka rabies tinggi, terutama di wilayah pedesaan atau hutan, tanpa disadari mereka akan berinteraksi dengan hewan yang terinfeksi. Pemberian vaksin sebelum perjalanan dapat menjadi langkah utama bila terjadi gigitan saat jauh dari fasilitas kesehatan.
3. Anak-anak yang tinggal di wilayah dengan populasi hewan liar yang tinggi
Anak-anak cenderung lebih suka bermain di luar rumah dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hewan. Sayangnya, mereka juga kurang waspada dan belum tahu cara menghindari hewan berbahaya. Inilah alasan mengapa mereka lebih berisiko tinggi digigit dan terinfeksi rabies.
4. Orang yang memiliki hewan peliharaan
Pemilik hewan pemeliharaan rentan terpapar rabies jika hewan mereka belum divaksin atau berkontak dengan hewan liar yang terinfeksi. Selain itu, pemilik hewan juga memiliki risiko tergigit saat merawat atau memisahkan hewan yang sedang agresif. Vaksinasi dapat memberikan perlindungan tambahan, terutama bagi mereka yang sering berinteraksi langsung dengan hewan peliharaan.
Lihat juga : 7 Tokoh Sosial Inspiratif Dalam Bidang Kesehatan
Proses Pemberian Vaksin dan Efek Sampingnya
Pemberian vaksin rabies bisa berbeda tergantung tujuannya. Untuk pencegahan biasanya diberikan dalam beberapa dosis yang dijadwalkan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan jika seseorang sudah tergigit hewan dan diduga terpapar, vaksin harus diberikan secepat mungkin, disertai dengan imunoglobulin rabies dalam beberapa kasus tertentu.
Efek samping dari vaksin ini biasanya ringan, seperti nyeri di tempat suntikan, demam ringan, atau kelelahan. Namun, manfaatnya jauh lebih besar dibanding dengan risikonya, terutama dalam mencegah kematian akibat rabies.
Mitos Umum dan Fakta Seputar Vaksin Untuk Penyakit Rabies
Masih banyak mitos yang beredar seputar vaksin ini. Misalnya, ada anggapan bahwa satu kali vaksin cukup untuk seumur hidup, padahal kenyataannya perlindungan vaksin bisa menurun seiring berjalannya waktu terutama jika seseorang berisiko tinggi.
Mitos lainnya adalah bahwa vaksin hanya diperlukan setelah digigit. Faktanya, vaksin profilaksis sangat disarankan untuk individu dalam kelompok yang risiko tinggi, seperti mereka yang bekerja dengan hewan liar atau bepergian ke daerah rawan rabies.
Fakta penting lainnya yang sering tidak diketahui adalah bahwa sekitar 99% kasus rabies pada manusia disebabkan oleh gigitan atau cakaran anjing. Hal ini sebenarnya bisa dicegah dengan dua langkah utama, yaitu vaksin rutin pada anjing dan upaya untuk mencegah terjadinya gigitan, seperti tidak memprovokasi hewan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya rabies.
Mencegah rabies adalah langkah nyata untuk menyelamatkan nyawa, baik manusia maupun hewan peliharaan. Salah satu cara paling efektif adalah dengan memahami dan memanfaatkan vaksin secara tepat.
Edukasi kepada keluarga, terutama anak-anak, tentang cara aman berinteraksi dengan hewan juga dapat membantu menekan risiko rabies sejak dini. Kombinasi antara vaksinasi, kesadaran masyarakat, dan tanggap terhadap gejala menjadi kunci utama dalam menghindari rabies dan menciptakan lingkungan yang lebih aman.
Jika Anda tinggal di daerah endemis atau sering berinteraksi dengan hewan, jangan ragu untuk berkonsultasi ke fasilitas kesehatan mengenai vaksin rabies. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, apalagi jika sudah menyangkut penyakit mematikan seperti ini.